Selasa, 15 Desember 2009

CARA MENGAJARKAN SHOLAT PADA ANAK

*diketik ulang oleh Ahmad Aminuddin dari Majalah al-Mawaddah, Edisi ke-12 Tahun Ke-2,Rajab 1430 H/ Juli 2009, Rubrik: Yaa Bunayya, Oleh : Ustadz Abdur Rohman al-Buthoni, halaman : 34-36*

Menurut syari’at Islam yang mulia, anak-anak tidak dikenai beban syari’at selagi dia belum baligh. Namun mereka harus dididik dan dilatih sejak masa anak-anak agar menjadi terbiasa melakukan syari’at ketika telah dewasa.Apabila syari’at memerintahkan para orang tua dan wali agar memerintah anak-anak mereka untuk menunaikan sholat, maka wajib bagi orang tua dan para murobbi untuk mengajarkan kepada mereka perihal thoharoh sesuai dengan thoharohnya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, menjelaskan kepada mereka sifat wudhu Nabi shalallahu alaihi wassalam, syarat sah, rukun-rukunnya dan hal-hal yang membatalkannya.

Demikian pula harus mengajarkan tata cara sholat sesuai degan sholat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam karena sabda beliau:

“ Tunaikanlah sholat seperti kalian melihat aku sholat “.1

Hendaknya anak diajari teori sekaligus praktiknya dengan diajak memperhatikan tata cara berwudhu dan sholat bapak ibunya atau mengajaknya melakukan sholat dan berdiri di samping orang tuanya untuk mengambil secara langsung tata cara sholat yang benar.

Ini mengingatkan orang tua, para murobbi dan para guru TK dan SD agar mengajarkan do’a dan dzikir-dzikir dalam wudhu dan sholat sebelum yang lainnya. Hal ini perlu kita perhatikan sebab sebagian guru ada yang lebih mendahulukan do’a dan dzikir yang lain, seperti do’a berpakaian atau yang lainnya, daripada do’a dan dzikir dalam wudhu dan sholat.

Sistem pengajaran seperti itu tentu salah bila ditinjau dari sisi ini, sebab syari’at belum memerintahkannya. Dan jikalau anak mengamalkannya pun tidak terlalu berarti bila dibandingkan dengan do’a dalam wudhu dan sholat yang dituntut untuk dihafal dan diamalkan setelah mencapai usia 7 tahun, sebagaimana anjuran Rasulullah shallahu alaihi wassalam. Bila bisa didapat kedua-duanya tentu lebih baik.

POKOK – POKOK PENGAJARAN SHOLAT

Pokok-pokok pengajaran yang harus diberikan kepada anak berkaitan dengan masalah sholat adalah sebagai berikut:

- Ilmu tentang syarat sahnya sholat, rukun, wajib dan sunnah-sunnahnya.

- Tata cara pelaksanaanya dari takbirotul ihrom hingga salam, meliputi gerakan-gerakannya, bacaan dan dzikir-dzikirnya, jumlah gerakan atau jumlah bacaan dan dzikir.

- Sifat-sifat gerakan, seperti sifat tangan atau jari-jari tangan ketika takbirotul ihrom atau ketika posisi yang lainnya, apakah dengan menggenggam jari-jari atau dengan membuka dan rapat, ataukah membuka dengan merenggangkan jari-jari lurus ke atas atau melengkung ke bawah.

- Sifat bacaannya, antara yang sir dan yang jahr, juga panjang pendeknya suatu gerakan dan bacaan, seperti gerakan tangan ketika takbirotul ihrom apakah perlahan-lahan hingga beberapa menit baru sampai ke bahu dan daun telinga ataukah bagaimana. Demikian juga dengan bacaan-bacaannya, misalnya apakah melafazhkan takbir dengan bacaan panjang seperti “ Allooooohuuuuu Akbaaaaar “ ataukah tidak.

- Mengajarkan yang shohih dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan meninggalkan yang tidak shohih.

- Mengajarkan nama-nama sholat dan waktu-waktunya serta bilangan roka’atnya.

- Mengajarkan tata cara berpakaian yang wajar di dalam sholat.

- Menanamkan akidah ( keyakinan ) bahwa orang yang sholat itu sedang menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka, apabila kita menghadap kepala desa atau orang kaya saja tidak boleh bermain-main, tentunya menghadap Alloh, Sang Penguasa langit dan bumi dan seluruh alam semesta, lebih sangat tidak layak untuk bermain-main.

- Mengajarkan syarat syahnya sholat yang paling utama, yaitu thoharoh dan berwudhu, hal ini meliputi:

a. Tata cara membersihkan najis tinja dan kencing sehingga benar-benar suci dan tidak membawa najis dalam sholat. Mengenalkan kepada mereka benda-benda yang najis agar mereka jauhi, terutama ketika sholat.

b. Mengajarkan tata cara berwudhu, dzikir sebelum dan sesudahnya, tata cara penggunaan air yang sesuai dengan sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, tidak boleh boros sekalipun banyak air, urut-urutannya dan bilangan-bilangannya.

c. Tata cara membasuh, apakah membasuh dengan menyiramkan air ataukah cukup dengan mengusap tanpa menyiramkan air. Juga menjelaskan tentang sifat membasuh dan mengusap.

d. Mengajarkan kepada mereka anggota-anggota wudhu dan hal-hal yang berkaitan dengannya, apakah yang penting anggota wudhu tersebut terkena air sehingga cukup dicelupkan ke dalam air ataukah harus diusap da diratakan dengan tangan.

e. Mengajarkan kepada mereka batas-baras anggota wudhu, dari mana hingga ke mana.

f. Mengajarkan kepada mereka tata cara adzan dan iqomat, lafazh-lafazhnya dan bagaimana menjawab jika mendengar adzan dan do’a sesudah adzan bagi yang mendengar. Juga tentang tata cara melafazhkannya, yaitu tidak boleh berlebihan dengan memanjangkan lafazh yang seharusnya pendek atau sebaliknya, atau lafazh yang panjang dilebihkan dari kadarnya sehingga terlalu panjang, atau dengan merusak lafazah, seperti “ Allohu Akbar “ menjadi “ Aulohuu Akbaruu “.

g. Mengajarkan kepada mereka tentang batas-batas aurat dalam sholat, sebab aurat itu ada 2: aurat yang berkaitan dengan pandangan mata dan aurat yang berkaitan dengan hak Alloh. Atau dengan istilah lain, berbeda antara aurat di luar sholat dengan aurat di dalam sholat. Contoh, anak kecil yang belum baligh tidak ada auratnya sehubungan dengan pandangan mata, meski begitu ia tidak boleh menunaikan sholat dalam keadaan telanjang. Nabi shalallahu alaihi wassalam bersabda:

“ Janganlah salah seorang diantara kalian melakukan sholat dengan mengenakan satu pakaian saja, yang ( dengan begitu ) kedua pundaknya tidak tertutup “.2

Sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam lainnya:

“ Alloh tidak menerima sholat wanita yang telah baligh kecuali dengan penutup kepala”.3

PENTINGNYA KETELADANAN

Semua orang sepakat bahwa mengajar dengan praktik dan memberi contoh secara langsung jauh lebih berpengaruh positif pada pemahaman anak daripada hanya teori semata. Karena itulah hendaknya para murobbi tidak lalai dari manhaj ta’lim ( metode pengajaran ) ini sebab inilah yang dicontohkan Nabi shalallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya.

Suatu ketika, Ustman bin Affan radiyallahu anhu meminta air wudhu dan mengajak para sahabat untuk memperhatikan cara wudhu beliau dari awal hingga akhir lalu berkata, “ Seperti inilah aku melihat Nabi shalallahu alaihi wassalam berwudhu “.

Dalam kisah yang lain, salah seorang sahabat pernah mempraktikkan sholat dari awal hingga akhir dihadapan para sahabat yang lain, seraya mengatakan, “ Kemarilah kalian! Akan aku perlihatkan kepada kalian sifat sholat Nabi shalallahu alaihi wassalam “.

Rosulullah shalallahu alaihi wassalam terkadang juga melakukan sholat ( sebagai imam ) dengan berdiri dan ruku’ diatas mimbar untuk memperlihatkan sholatnya kepada para sahabat, beliau mengatakan, “ Aku melakukan ini agar kalian mengikutiku dan mengetahui sholatku”.

Contoh metode pengajaran seperti ini sangat sering diterapkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya. Demikian itu karena teori semata sulit untuk dipahami dan membutuhkan waktu yang lama bahkan mudah terlupakan, berbeda dengan apa yang dialami dan dilihat secara langsung. Ini berarti orang tua dan para pendidik tidak cukup hanya menyediakan buku-buku bacaan seputar wudhu dan sholat atau hanya memerintahkan anak untuk melakukan sholat, namun mereka juga dituntut untuk memberikan keteladanan berupa praktik amali di hadapan anak-anak mereka seperti yang dicontohkan Rosululloh shalallahu alaihi wassalam, sebaik-baik pendidik, dan para sahabat beliau.

MENGAJARKAN SHOLAT YANG BENAR

Para pendidik dan orang tua harus mengajarkan sholat yang benar kepada anak-anak mereka. Sholat yang benar artinya sholat yang sesuai dengan sholat Rosululloh shalallahu alaihi wassalam, sebagaimana sabda beliau diatas. Oleh karena itu, sebelum melakukan pengajaran, para pendidik harus memiliki ilmu tentang sifat sholat Nabi shalallahu alaihi wassalam dan tidak cukup dengan mengikuti sholat kebanyakan orang zaman sekarang, sebab diantara mereka masih banyak yang melakukan bid’ah dalam sholat, baik dengan mengurangi atau menambahi sebagaian dari sholat mereka yang tidak ada contohnya dari Rosululloh shalallahu alaihi wassalam. Padahal sholat merupakan amal yang paling utama yang pelakunya sangat berharap agar sholatnya bisa diterima oleh Alloh, sementara Alloh tidak akan menerima sebuah amal kecuali yang ikhlas karena Alloh semata dan sesuai dengan sunnah ( petunjuk / contoh ) dari Rosululloh shalallahu alaihi wassalam.

TIDAK MENDIAMKAN KESALAHAN

Sebagian orang beranggapan bahwa tidak mengapa membiarkan anak sholat dalam keadaan tidak benar, toh juga masih anak-anak, misalnya membiarkan anak sholat tanpa berwudhu atau berwudhu hanya dengan membasuh telapak tangan, wajah dan kaki saja dengan alasan bahwa anak masih kecil dan belum baligh. Anggapan ini jelas salah. Perlu diketahui bahwa meskipun hukum-hukum syari’at belum berlaku bagi anak, namun Allah Subhanahu Wata’ala memerintahkan dan memberi beban kepada para wali untuk memberlakukan hukum-hukum syari’at kepada anak-anak mereka. Anggapan yang salah ini jelas bertentangan dengan perintah Rosululloh shalallahu alaihi wassalam:

“ Perintahkan anak-anak kalian untuk menunaikan sholat ketika mereka berusia 7 tahun dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika mereka telah berusia 10 tahun “.4

Maksud dari perintah Rosululloh tersebut adalah agar para orang tua menyuruh anak-anaknya untuk thoharoh dan berwudhu dengan sempurna, berpakaian menutup aurat dan pundak, berdiri menghadap kiblat, di tempat yang tidak haram untuk sholat di dalamnya, melakukan tata cara sholat dari takbirotul ihrom hingga salam lengkap dengan rukun-rukunnya, fardhu dan sunnah-sunnahnya.

Rosululloh pernah melakukan sholat malam, lalu Abdulloh bin Abbas datang mengikuti dan berdiri di sebelah kiri beliau. Maka beliau shalallahu alaihi wassalam memutarnya dari arah kiri lewat belakang kea rah kanan beliau5

Pernah salah seorang Arab Badui datang ke masjid lalu melakukan sholat. Setelah selesai dari sholatnya, Rosululloh shalallahu alaihi wassalam mengatakan,

“ Ulangi sholatmu, karena sesungguhnya engkau belum sholat “. Maka orang tersebut mengulangi sholatnya seperti sholatnya yang semula hingga 3 kali, sampai akhirnya orang itu berkata, “ Wahai Rosululloh, ajarilah aku sholat, sebab aku tidak bisa sholat kecuali dengan cara yang seperti ini ( yakni sholat dengan gerakan yang sangat cepat, tanpa thuma’ninah ). Maka Rosululloh shalallahu alaihi wassalam mengajarinya sholat seraya menyampaikan bahwa wajib baginya untuk thuma’ninah pada setiap gerakan sholat.

Rosululloh shalallahu alaihi wassalam menganggap sholat orang ini batal karena meninggalkan salah satu rukun sholat, yaitu thuma’ninah. Sholat yang dianggap batal oleh Nabi shalallahu alaihi wassalam yang dilakukan oleh orang ini banyak sekali dilakukan oleh anak-anak.6Sehingga kewajiban para orang tua dan para pendidik adalah membenarkan sholat mereka yang masih salah ini.
Catatan kaki:

1. HR. Bukhari 6008 [↩]
2. HR. Bukhari 359 dan Muslim 516 [↩]
3. Shohih Abu Dawud 641 dan Tirmidzi 377 [↩]
4. Shohih Abu Dawud 495 [↩]
5. lihat Shohih Bukhori 117 dan Shohih Muslim 1824 [↩]
6. Sayangnya sholat seperti ini-yaitu cepat dan tidak thuma’ninah-juga banyak dilakukan oleh sebagian saudara kita kaum muslimin yang sudah dewasa sekalipun. Semoga Alloh menunjuki mereka dan kita semua ke jalan sunnah [↩]

Rabu, 04 November 2009

rencana hidup, jika Allah menghendaki.

sekarang aku berumur 20 tahun. akan tetapi aku belum menemukan jati diri dan juga tujuan hidup ke depan. secara pribadi aku ingin menjadi diriku sendiri. akan tetapi kebanyakan orang yang ada di sekitarku menginginkan supaya aku bisa menjadi seseorang yang notabennya sekarang adalah orang yang sudah menjadi pegawai yang sudah memiliki jabatan di perusahaanya.
"AKAN TETAPI AKU ADALAH AKU."
Dalam beberapa waktu ke depan aku ingin melakukan beberapa program kegiatan atau bisa juga dikatakan sebagai jalan hidup. untuk itu saya sudah membuat beberapa rancangan atau angan angan besar yang harapannya bisa membawa diriku menuju kesuksesan. amiiiiin.

dalam jangka waktu satu bulan ini saya harus sudah bisa memperoleh penghasilan sendiri. hal itu bisa saya realisasikan dengan menjadi tutor les privat dan menjadi dealer pulsa. paling tidak penghasilan yang saya peroleh ini bisa digunakan untuk biaya hidup selama masa kuliah, syukur-syukur jika ada lebihnya untuk ditabung.

to be continuoed

Selasa, 27 Oktober 2009

TUHAN

"TUHAN"
Apa tuhan itu ?
pasti jarang di antara kita yang menanyakan ini.
padahal, ini adalah pertanyaan yang sangat mendasar yang harusnya kita jawab bahkan sebelum kita mengenal agama.
Bagi saudaraku yang beragama muslim, ketika mendengar pertanyaan ini , mungkin secara spontanitas akan menjawab bahwa tuhan itu Allah.
Terlepas dari itu semua mari kita bahas terlebih dahulu mengenai definisi dari Tuhan itu sendiri. secara bahasa istilah Tuhan memiliki definisi yaitu yang ditakuti, yang dikagumi, yang diprioritaskan, yang mampu membuat kita melakukan hal-hal yang tidak kita sukai.

Nah, dari definisi tersebut apakah benar bahwa tuhan kita adalah Allah? Pertanyaan ini hanya bisa kita jawab secara pribadi.

Sebagai sesama muslim saya hanya bisa mengingatkan kepada saudara pembaca bahwa apakah benar selama ini tuhan kita itu adalah Allah. jika selama ini kita hanya memprioritaskan status sosial berarti tuhan kita adalah status sosial. jika selama ini yang kita takuti adalah polisi, berarti tuhan kita adalah polisi. jika selama ini yang kita kagumi adalah seorang artis, berarti tuhan kita adalah artis tersebut.

Para Pembaca yang budiman, marilah sejenak kita merenung ! mari kita perjelas lagi siapa tuhan kita ! mari kita luruskan lagi bahwa tuhan kita adalah Allah semata, bukan yang lain. Dialah yang mahakuasa, mahabijaksana, dan maha-maha yang lainnya.

Senin, 26 Oktober 2009

tujuan hidup

TUJUAN HIDUP
Pernakah kita bertanya pada diri kita masing-masing, apa tujuan hidup ini sebenarnya?Di dalam Al-Quran sudah dijelaskan bahwa tujuan hidup itu hanyalah untuk ibadah . jadi setiap perbuatan kita hendaklah hanya diniatkan untuk ibadah.
Sebagai contoh sederhana dalam kehidupan sehari –hari, yaitu makan. Setiap kali makan apakah kita pernah berfikir untuk apa kita makan tersebut. Apakah kita makan hanya sekedar untuk memuaskan perut belaka. Atau mungkin kita makan hanya untuk pemuas hawa nafsu saja. Atau bahkan kita tidak tahu buat apa kita makan. Jika kita mau merenungkan, kita pasti tersentak dan berfikir bahwa makanpun bisa dicatat sebagai amal ibadah. Tergantung dari niatan kita.
jika kita mau berhitung, dalam sehari ada sekitar 24 jam. Dalam jangka waktu tersebut berapa lamakah kita beribadah. Lima jam kah? Empat jam kah? Tiga jamkah? Dua jamkah? Satu jamkah? Atau mungkin ibadah kita hanya kurang dari satu jam? Jika demikian yang terjadi, maka celakalah kita. Sudah jelas bahwa Allah memerintahkan kita untuk beribadah. Jadi seharusnya kita itu beribadah selama 24 jam sehari.
Ibadah, ibadah, dan ibadahlah yang seharusnya kita ingat. Bukan yang lain. Berangkat kuliah kita niatkan untuk ibadah, berangkat tidur kita niatkan untuk ibadah.